Sabtu, 24 November 2012

Menelisik Kehidupan Seorang Ahmad Wali Radhi [November, 2012]]




Dalam indahnya langit kemerahan menjelang senja ini, mari kita mulai berbicara tentang perjuangan hidup seorang pemuda pewaris negeri madani. Tak lain ia merupakan salah satu lelaki yang memiliki semangat juang tinggi untuk menghadapi tahapan demi tahapan tantangan hidup. Pernahkah engkau mengenalnya? Jika tidak, sekarang engkau akan mengenal jauh lebih dalam tentang sosok pemuda yang satu ini.

Sri kusnaeni. Itulah nama seorang ibu yang mulia dari lelaki yang akan dibicarakan. Sudah lama ibunya mengharapkan untuk bisa menggendong seorang anak. Benar saja, itu dikarenakan ibunya sudah mengalami dua kali keguguran sebelumnya. Dan pada saat ini, engkau akan mengetahui bahwasanya ibu itu telah mengandung seorang janin yang kelak menjadi pemimpin besar nantinya. Dialah Ahmad Wali Radhi. Pemuda yang sekarang sedang kita bicarakan kepribadiaannya.

Menurut penuturan pemuda ini, ia sama sekali tidak mengetahui dengan pasti kapan ia lahir ke dunia. Mengapa? Karena tidak akan mungkin seorang bayi yang baru lahir bisa menanyakan hari dan tanggal berapakah saat ia baru keluar dari rahim seorang ibu. Engkau pun pasti akan menyetujui akan hal ini. Tapi pada akhirnya ia pun mengetahui kapan pertama kali ia menangis berdasarkan penuturan kedua orang tuanya. Bertepatan dengan tanggal 8 Maret 1996 atau 19 Syawwal 1416. Hari Perempuan Internasional. Apa pendapatmu?

Masa-masa kecilnya dilalui dengan kebahagian yang tertutupi kepolosan seorang anak kecil. Ia selalu belajar tentang kehidupan yang hakiki. Tentunya tetap berperilaku seperti anak kecil lainnya. Ia bermain untuk memahami segala sesuatu. Oleh karena kecerdasan itu, ia sangat disenangi oleh teman-teman sepermainannya. Teman-temannya selalu menunggu kedatangan Ahmad Kecil yang cerdas nan gempal pulang dari sekolah. Ketika Ahmad kecil pulang dari sekolah , teman-temannya pasti selalu berteriak, “Ahmad pulang! Ahmad pulang!” Walaupun senantiasa mendapatkan kecerian dan kebahagian itu, ia harus rela meninggalkannnya semua setelah   5 tahun mendiami kota Medan, Sumatera Utara.

Mungkin engkau bertanya tentang kepindahannya. Itu dikarenakan hanya untuk mengikuti jejak kedua orangtuanya yang hidup nomaden. Tapi itu tak menjadi masalah baginya. Karena dimana pun ia berada, ia harus bisa selalu tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.

Masa anak-anak pemuda itu kemudian dilalui di Kota Jakarta. Sempat ada kebingungan di hatinya. Kenapa ia tidak melanjutkan sekolah di SD. Padahal ia sudah 2 tahun bersekolah dan lulus dari TKIT Al-Fauzi, Medan. Dan ternyata ia pun mengetahuinya. Ia belum cukup umur minimal untuk memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar. Dengan berat hati dan sedikit terpaksa ia pun mengulang 1 tahun di taman kanak-kanak TKIT At-Taufiq, Jakarta.

Pembelajaran kehidupan di Kota Polusi memberikan ia pemahaman hidup lebih. Salah satunya adalah kemandirian. Seringkali ia ditinggal dengan ketiga adiknya oleh Ummi dan Abi. Kadangkala ia kesal ketika adiknya yang paling kecil menangis. Ia harus bertanggung jawab terhadap keceriaan adik-adiknya. Ditambah dengan berangkat dan pulang sekolah sendirian. Hanya diantar dan dijemput oleh seorang tukang ojek yang wajahnya itu-itu saja. Apalagi setiap sore ia harus berjalan sendirian menyusuri kebun-kebun untuk mengaji. Semua itu adalah tempaan untuk mendapatkan kepribadian yang unggul. Lakukan saja semua tantangan di depanmu sesulit apapun yang engkau pikirkan. Kesulitan akan datang jika kita tidak menyikapi dengan tenang dan penuh keikhlasan. Karena pada akhirnya engkau akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Sifat nomaden keluarga kembali berlanjut setahun kemudian. Membuat ia harus pindah untuk kedua kalinya ke  kota hujan berjuta angkot. Tak lain dan bukan adalah Kota Bogor. Di kota itu pun ia dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ia masuk ke SDIT Ummul Quro Bogor. Bersama teman-teman baru, ia melewati hari demi hari dengan menyenangkan. Asal engkau ketahui, ia cenderung memiliki sifat kalem dibanding teman-temannya. Kalem disini bukan dalam artian pasif tak bisa melakukan apapun. Tapi lebih mengena untuk sedikit berbicara. Ia memiliki kebiasaan mengamati lingkungan sekitar. Karena itulah ia berbicara seperlunya saja manakala ada suatu hal yang ia rasa berbeda dan jauh dari kebenaran yang ia pahami.

Pada masa 6 tahun di SDIT itu, banyak hikmah yang tak terhitung dalam rentang  waktu tersebut. Mulai dari persahabatan, kenakalan, loyalitas, kompetisi sampai perasaan senang pada salah seorang siswi putri.  Mungkin ada baiknya engkau mengetahui lebih luas tentangnya  selama 6 tahun di sekolah dasar dengan secara langsung bertanya kepadanya. Karena hanya sedikit yang dapat diceritakan saat ini.

Pernah suatu ketika ia mendapatkan informasi tentang Musabaqoh Hifzhil Qur’an tingkat Nasional. Saat itu sekolah mengadakan penyeleksian untuk menjaring 4 siswa yang akan diikutsertakan dalam perlombaan tersebut. Sekedar mencoba-coba saja dan mengikuti teman-teman lain ia pun ikut seleksi lomba tersebut. Tak disangka ia terpilih menjadi salah satu peserta yang akan mengikuti MHQ Nasional yang diadakan di Semarang, Jawa Timur. Awalnya ia bingung kenapa ia bisa terpilih? Itulah rahmat dan kasih sayang Allah terhadapnya.

Hari-hari pun dilaluinya menunggu kedatangan waktu perlombaan berlangsung. Dalam rentang waktu tersebut ia dikarantinakan untuk benar-benar siap menghadapi saingan dari seluruh perwakilan penjuru Indonesia. Dan ia optimis dapat menjadi yang terbaik. Tapi, Allah berkehendak lain. Dari ratusan peserta yang mengikuti lomba itu, ia berada di posisi 132. Kalah jauh dibanding peserta lain. Dari hasil tersebut, ia menerima pelajaran berharga bahwasanya setiap keinginan harus diikuti denga usaha yang baik pula. Mungkin ia sudah berkeinginan kuat. Tapi ikhtiar yang dilakukan kurang optimal. Sehingga Allah hanya memberikan hasil yang sesuai dengan usaha yang dilakukan.

Dari hal tersebut, secara langsung ia memiliki sebuah pengharapan besar dalam berkompetisi. Setiap ada kesempatan datang, ia mencoba untuk bisa optimal berusaha mendapatkan yang diinginkannya. Dan Alhamdulillah akhirnya Allah SWT memberikan reward kepadanya, ia menjadi Juara 3 Lomba Penulisan Esai tingkat Kabupaten Kota Bogor. Itulah salah satu kenangan indah yang ia dapatkan di sekolah dasar. Dan selanjutnya ia harus rela kembali meninggalkan teman-temannya. Ditambah keluarga yang sangat ia cintai. Ia harus menempa diri di pondok pesantren.

Pondok pesantren. Mungkin dua kata tersebut dijadikan momok oleh sebagian besar remaja. Tapi ini tidak berlaku bagi dirinya. Sudah sejak kecil ia menginginkan mondok. Ia ingin belajar mandiri dalam segala hal. Dan ia pun juga ingin memahami  Islam lebih dalam. Allah pun memudahkan jalannya berjihad menuntut ilmu di pondok pesantren.

Ma’had Husnul Khotimah. Itulah nama pondok pesantren yang ia masuki. Masa 3 tahun menuntut ilmu disana memberikan banyak sekali pemahaman yang ia dapatkan. Menumbuhkan karakter kepribadian muslim yang baik, keseharian yang terorganisir dengan baik, pendalaman tentang pemahaman Islam yang menyeluruh, melatif sifat kepemimipinan yang professional, sampai hal yang paling urgen dalam kehidupan pondok. Yaitu memahami hakikat sebenarnya nan hakiki dari Ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan dalam bingkai persahabatan. 

Menjadikan diri hidup di pondok sebagai pilihan, membuat sifat kepemimpinan tumbuh dan berkembang dalam dirinya. Seringkali ia dipercaya untuk mengemban tugas memimpin banyak perkumpulan organisasi dari yang terkecil hingga yang besar. Seperti ketua kamar, ketua kelas, ketua angkatan hingga beberapa kali menjadi penanggung jawab acara-acara besar. Itu semua tidak terlepas dari teman-temannya yang secara tidak langsung melatih dirinya untuk memiliki indikator-indikator sifat kepemimpinan yang baik. Hingga saat ini pun ia masih selalu merindukan dan berhubungan jarak jauh dengan teman-teman pondoknya itu di Ma’had Husnul Khotimah.

Ada kesyukuran dan kebahagian tersendiri yang ia rasakan. Dengan keinginan yang kuat dan usaha yang keras, ia bisa menjadi siswa unggul dalam hal akademik. Pernah ia menjadi Juara Umum Paralel se-Ma’had 3 tahun berturut-turut. Bukan hanya paralel angkatannya saja. Tapi mendapatkan hasil pembelajaran tertinggi dari 3 angkatan yang jumlahnya sekitar 1000 santriwan-santriwati. Ia pun sering mengikuti dan menjuarai perlombaan MIPA diluar pondok, khususnya biologi. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan studi di MAN Insan Cendekia Serpong untuk mendapatkan tantangan baru yang jauh lebih tinggi kompetisinya. Teman-temanya dari pondok menangis dan tersenyum bahagia. Menangis karena akan kehilangan dirinya. Dan tersenyum karena bisa berkesempatan hidup bersama-sama dengan dirinya. Inilah tanda dan bukti yang jelas bahwa ia selalu diharapkan keberadaanya oleh khalayak. Itulah seyogyanya yang perlu dievaluasi dari setiap kepribadian setiap insan di dunia dalam bermuamalah.

Sampai saat ini dan selamanya Ma’had Husnul Khotimah menjadi tempat bersejarah bagi dirinya. Ma’had tersebut telah benar-benar mendidiknya dalam ruang lingkup Tarbiyah Islamiyah yang menyeluruh terhadap kepribadiannya. Disana ia mengenal Tarbiyah Islamiyah yang begitu kental. Memahami hakikat seorang muslim hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Selain itu, disana adalah tempat tonggak utama awal impian besar dirinya. Impian besar untuk bisa menjadi seorang Hafizh Al Quran. Dan benar saja. Lulus dari ma’had tersebut ia berhasil menyelesaikan hafalan Al Quran 13 juz. Dan ia bertekad sebelum kuliah nanti ia bisa menyelesaikan 30 juz. Harapannya membuka kesempatan lebih besar untuk mendapatkan seorang pendamping hidup yang juga Hafizhah.

Begitulah sekilas tentang 16 tahun kebelakang  kehidupannya. Saat ini ia menjadi salah seorang siswa MAN Insan Cendekia Serpong. Harapannya, ia menginginkan mendapatkan kembali apa-apa yang sebelumnya ia inginkan dan membawa perubahan baru yang bermanfaat bagi Insan Cendekia dalam kebaikan yang berkesinambungan. Ia harus terus bergerak untuk menjadi teladan yang sesungguhnya bagi teman-teman seperjuangannya. Khususnya menjadi lokomotif untuk mengantar kesuksesan ke-5 adik-adiknya.  

Pembuktian tersebut akhirnya sedikit demi sedikit terealisasikan. Hampir dua tahun ia menginjakkan kaki di MAN Insan Cendekia Serpong. Banyak hal yang telah ia lewati dan dapatkan. Beberapa kali ia mengikuti perlombaan. Baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dalam bidang akademik Allah SWT masih memperkenankan dirinya untuk tetap bergelut di bidang studi biologi. Dan segala puji bagi-Nya, ia berhasil meraih banyak prestasi yang membanggakan MAN Insan Cendekia Serpong. Prestasi paling bergengsi yang ia dapatkan sampai saat ini adalah mendapatkan medali perak Kompetisi Sains Madrasah di Bandung bulan Juli 2012. Semoga hal tersebut menjadi  batu loncatan bagi dirinya untuk mendapatkan prestasi di ajang yang yang lebih bergengsi, yaitu Olimpiade Sains Nasional. Bahkan dapat mencapai International Biology Olympiad.

Dalam bidang non-akademik beberapa kali ia meraih penghargaan. Salah satunya adalah Juara 1 Lomba Esai Festival Ilmuwan Muslim Tingkat Nasional Bulan Oktober 2012. Selain itu ia juga turut berpartisipasi dalam Parlemen Remaja 2012 yang memberikannya banyak pengalaman dan membuka wacananya lebih luas tentang realita kehidupan.

Dalam hal keorganisasian, ia memiliki peran yang sangat aktif sejak berada di pondok pesantren. Mulai dari menjadi Pioneer, Steering Committee, Organizing Committee, Formatur Team, Supervisor hingga anggota ataupun koordinator di berbagai organisasi. Sudah sejak di pondok ia telah menjadi anggota Forum Lingkar Pena, Ketua Angkatan resmi selama 2 tahun, dan panitia di berbagai acara-acara besar. Di Insan Cendekia ia menjadi pioneer pembentukan Forum Limgkar Pena ranting Insan Cendekia. Sehingga menjadikan dirinya ketua umum angkatan ke-1 FLP Insan Cendekia. Selain itu ia pernah menjadi anggota dan sekarang menjadi koordinator Divisi Iman dan Taqwa OSIS. Dalam organisasi yang berhubungan dengan masyarakat luar, ia menjadi ketua 1 atau koordinator umum wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan Forum Parlemen Remaja Indonesia. Sampai saat ini pun ia menjadi anggota di Kesatuan Aksi Remaja Islam Bogor. Dalam hal kepanitian suatu acara di Insan Cendekia, ia sudah melalang buana mendapatkan banyak pengalaman di semua seksi yang ada. Maka tak heran ia bisa dikatakan memiliki frekuensi tinggi mengenai keorganisasian. Ia masih memiliki banyak proyek berhubungan dengan keorganisasian yang sampai saat ini belum terealisasikan.

Bermain sepak bola adalah hobinya. Baginya, membaca dan menulis adalah suatu kebutuhan. Sehingga ia tidak memasukkan keduanya  menjadi salah satu hobi. Bermula ketika kedua orangtuanya melihat coretan-coretan tulisannya dan kemudian memujinya. Maka sejak saat itu ia terus membaca dan melahap semua buku yang bisa ia dapatkan. Serta selalu aktif menulis. Terbukti dengan menjadi salah satu kontributor tetap di situs dakwatuna sejak kelas 8. Ia memiliki impian besar untuk dapat menjadi penulis produktif. Untuk mencerahkan masyarakat.

 Untuk mengetahui lebih detail lagi informasi tentangnya, dipersilahkan menemuinya secara langsung dengan wajah yang tersenyum ceria. Karena ia menyukai orang-orang yang murah senyum dan bersahabat tanpa ada bahasa kotor yang dikeluarkan. Itulah sekelumit kisah tentang kehidupannya. Semoga dengan begitu engkau dapat berani untuk menjumpainya dalam dekapan ukhuwah.

3 komentar:

  1. waaah.. subhanallah ya... ternyata emang Wali sudah hebat dari kecilnya :) .. dan pasti terlahir dari orang tua yang hebat pula ..:)
    Semangat Berkreasi !!!!!! Semoga impianmu tercapai... amiiinn..

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. sejak november lalu sudah ana buka...
    haha belum ada yang baru...

    Barakallahufiik...^^

    17tahun dala hijriyah telah terlewati...

    BalasHapus