Dalam indahnya langit kemerahan menjelang senja ini, mari kita mulai
berbicara tentang perjuangan hidup seorang pemuda pewaris negeri madani. Tak
lain ia merupakan salah satu lelaki yang memiliki semangat juang tinggi untuk
menghadapi tahapan demi tahapan tantangan hidup. Pernahkah engkau mengenalnya?
Jika tidak, sekarang engkau akan mengenal jauh lebih dalam tentang sosok pemuda
yang satu ini.
Sri kusnaeni. Itulah nama seorang ibu yang mulia dari lelaki yang akan
dibicarakan. Sudah lama ibunya mengharapkan untuk bisa menggendong seorang
anak. Benar saja, itu dikarenakan ibunya sudah mengalami dua kali keguguran
sebelumnya. Dan pada saat ini, engkau akan mengetahui bahwasanya ibu itu telah
mengandung seorang janin yang kelak menjadi pemimpin besar nantinya. Dialah
Ahmad Wali Radhi. Pemuda yang sekarang sedang kita bicarakan kepribadiaannya.
Menurut penuturan pemuda ini, ia sama
sekali tidak mengetahui dengan pasti kapan ia lahir ke dunia. Mengapa? Karena
tidak akan mungkin seorang bayi yang baru lahir bisa menanyakan hari dan
tanggal berapakah saat ia baru keluar dari rahim seorang ibu. Engkau pun pasti
akan menyetujui akan hal ini. Tapi pada akhirnya ia pun mengetahui kapan
pertama kali ia menangis berdasarkan penuturan kedua orang tuanya. Bertepatan
dengan tanggal 8 Maret 1996 atau 19 Syawwal 1416. Hari Perempuan Internasional.
Apa pendapatmu?
Masa-masa kecilnya dilalui dengan
kebahagian yang tertutupi kepolosan seorang anak kecil. Ia selalu belajar
tentang kehidupan yang hakiki. Tentunya tetap berperilaku seperti anak kecil
lainnya. Ia bermain untuk memahami segala sesuatu. Oleh karena kecerdasan itu,
ia sangat disenangi oleh teman-teman sepermainannya. Teman-temannya selalu
menunggu kedatangan Ahmad Kecil yang cerdas nan gempal pulang dari sekolah. Ketika
Ahmad kecil pulang dari sekolah , teman-temannya pasti selalu berteriak, “Ahmad
pulang! Ahmad pulang!” Walaupun senantiasa mendapatkan kecerian dan kebahagian
itu, ia harus rela meninggalkannnya semua setelah 5 tahun mendiami kota Medan, Sumatera Utara.
Mungkin engkau bertanya tentang
kepindahannya. Itu dikarenakan hanya untuk mengikuti jejak kedua orangtuanya
yang hidup nomaden. Tapi itu tak menjadi masalah baginya. Karena dimana
pun ia berada, ia harus bisa selalu tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Masa anak-anak pemuda itu kemudian dilalui
di Kota Jakarta. Sempat ada kebingungan di hatinya. Kenapa ia tidak melanjutkan
sekolah di SD. Padahal ia sudah 2 tahun bersekolah dan lulus dari TKIT
Al-Fauzi, Medan. Dan ternyata ia pun mengetahuinya. Ia belum cukup umur minimal
untuk memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar. Dengan berat hati dan sedikit
terpaksa ia pun mengulang 1 tahun di taman kanak-kanak TKIT At-Taufiq, Jakarta.
Pembelajaran kehidupan di Kota Polusi memberikan
ia pemahaman hidup lebih. Salah satunya adalah kemandirian. Seringkali ia
ditinggal dengan ketiga adiknya oleh Ummi dan Abi. Kadangkala ia kesal ketika
adiknya yang paling kecil menangis. Ia harus bertanggung jawab terhadap
keceriaan adik-adiknya. Ditambah dengan berangkat dan pulang sekolah sendirian.
Hanya diantar dan dijemput oleh seorang tukang ojek yang wajahnya itu-itu saja.
Apalagi setiap sore ia harus berjalan sendirian menyusuri kebun-kebun untuk
mengaji. Semua itu adalah tempaan untuk mendapatkan kepribadian yang unggul.
Lakukan saja semua tantangan di depanmu sesulit apapun yang engkau pikirkan.
Kesulitan akan datang jika kita tidak menyikapi dengan tenang dan penuh
keikhlasan. Karena pada akhirnya engkau akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Sifat nomaden keluarga kembali
berlanjut setahun kemudian. Membuat ia harus pindah untuk kedua kalinya ke kota hujan berjuta angkot. Tak lain dan bukan
adalah Kota Bogor. Di kota itu pun ia dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Ia masuk ke SDIT Ummul Quro Bogor. Bersama teman-teman baru, ia
melewati hari demi hari dengan menyenangkan. Asal engkau ketahui, ia cenderung
memiliki sifat kalem dibanding teman-temannya. Kalem disini bukan dalam artian
pasif tak bisa melakukan apapun. Tapi lebih mengena untuk sedikit berbicara. Ia
memiliki kebiasaan mengamati lingkungan sekitar. Karena itulah ia berbicara
seperlunya saja manakala ada suatu hal yang ia rasa berbeda dan jauh dari
kebenaran yang ia pahami.
Pada masa 6 tahun di SDIT itu, banyak hikmah
yang tak terhitung dalam rentang waktu
tersebut. Mulai dari persahabatan, kenakalan, loyalitas, kompetisi sampai
perasaan senang pada salah seorang siswi putri.
Mungkin ada baiknya engkau mengetahui lebih luas tentangnya selama 6 tahun di sekolah dasar dengan secara
langsung bertanya kepadanya. Karena hanya sedikit yang dapat diceritakan saat
ini.
Pernah suatu ketika ia mendapatkan
informasi tentang Musabaqoh Hifzhil Qur’an tingkat Nasional. Saat itu sekolah
mengadakan penyeleksian untuk menjaring 4 siswa yang akan diikutsertakan dalam
perlombaan tersebut. Sekedar mencoba-coba saja dan mengikuti teman-teman lain
ia pun ikut seleksi lomba tersebut. Tak disangka ia terpilih menjadi salah satu
peserta yang akan mengikuti MHQ Nasional yang diadakan di Semarang, Jawa Timur.
Awalnya ia bingung kenapa ia bisa terpilih? Itulah rahmat dan kasih sayang
Allah terhadapnya.
Hari-hari pun dilaluinya menunggu
kedatangan waktu perlombaan berlangsung. Dalam rentang waktu tersebut ia
dikarantinakan untuk benar-benar siap menghadapi saingan dari seluruh
perwakilan penjuru Indonesia. Dan ia optimis dapat menjadi yang terbaik. Tapi,
Allah berkehendak lain. Dari ratusan peserta yang mengikuti lomba itu, ia
berada di posisi 132. Kalah jauh dibanding peserta lain. Dari hasil tersebut,
ia menerima pelajaran berharga bahwasanya setiap keinginan harus diikuti denga
usaha yang baik pula. Mungkin ia sudah berkeinginan kuat. Tapi ikhtiar yang
dilakukan kurang optimal. Sehingga Allah hanya memberikan hasil yang sesuai
dengan usaha yang dilakukan.
Dari hal tersebut, secara langsung ia memiliki
sebuah pengharapan besar dalam berkompetisi. Setiap ada kesempatan datang, ia
mencoba untuk bisa optimal berusaha mendapatkan yang diinginkannya. Dan
Alhamdulillah akhirnya Allah SWT memberikan reward kepadanya, ia menjadi
Juara 3 Lomba Penulisan Esai tingkat Kabupaten Kota Bogor. Itulah salah satu
kenangan indah yang ia dapatkan di sekolah dasar. Dan selanjutnya ia harus rela
kembali meninggalkan teman-temannya. Ditambah keluarga yang sangat ia cintai.
Ia harus menempa diri di pondok pesantren.
Pondok pesantren. Mungkin dua kata
tersebut dijadikan momok oleh sebagian besar remaja. Tapi ini tidak berlaku
bagi dirinya. Sudah sejak kecil ia menginginkan mondok. Ia ingin belajar
mandiri dalam segala hal. Dan ia pun juga ingin memahami Islam lebih dalam. Allah pun memudahkan
jalannya berjihad menuntut ilmu di pondok pesantren.
Ma’had Husnul Khotimah. Itulah nama pondok
pesantren yang ia masuki. Masa 3 tahun menuntut ilmu disana memberikan banyak sekali
pemahaman yang ia dapatkan. Menumbuhkan karakter kepribadian muslim yang baik,
keseharian yang terorganisir dengan baik, pendalaman tentang pemahaman Islam
yang menyeluruh, melatif sifat kepemimipinan yang professional, sampai hal yang
paling urgen dalam kehidupan pondok. Yaitu memahami hakikat sebenarnya nan
hakiki dari Ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan dalam bingkai
persahabatan.
Menjadikan diri hidup di pondok sebagai
pilihan, membuat sifat kepemimpinan tumbuh dan berkembang dalam dirinya. Seringkali
ia dipercaya untuk mengemban tugas memimpin banyak perkumpulan organisasi dari
yang terkecil hingga yang besar. Seperti ketua kamar, ketua kelas, ketua
angkatan hingga beberapa kali menjadi penanggung jawab acara-acara besar. Itu
semua tidak terlepas dari teman-temannya yang secara tidak langsung melatih
dirinya untuk memiliki indikator-indikator sifat kepemimpinan yang baik. Hingga
saat ini pun ia masih selalu merindukan dan berhubungan jarak jauh dengan teman-teman
pondoknya itu di Ma’had Husnul Khotimah.
Ada kesyukuran dan kebahagian tersendiri
yang ia rasakan. Dengan keinginan yang kuat dan usaha yang keras, ia bisa
menjadi siswa unggul dalam hal akademik. Pernah ia menjadi Juara Umum Paralel
se-Ma’had 3 tahun berturut-turut. Bukan hanya paralel angkatannya saja. Tapi
mendapatkan hasil pembelajaran tertinggi dari 3 angkatan yang jumlahnya sekitar
1000 santriwan-santriwati. Ia pun sering mengikuti dan menjuarai perlombaan
MIPA diluar pondok, khususnya biologi. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan
studi di MAN Insan Cendekia Serpong untuk mendapatkan tantangan baru yang jauh
lebih tinggi kompetisinya. Teman-temanya dari pondok menangis dan tersenyum
bahagia. Menangis karena akan kehilangan dirinya. Dan tersenyum karena bisa
berkesempatan hidup bersama-sama dengan dirinya. Inilah tanda dan bukti yang
jelas bahwa ia selalu diharapkan keberadaanya oleh khalayak. Itulah seyogyanya
yang perlu dievaluasi dari setiap kepribadian setiap insan di dunia dalam
bermuamalah.
Sampai saat ini dan selamanya Ma’had
Husnul Khotimah menjadi tempat bersejarah bagi dirinya. Ma’had tersebut telah
benar-benar mendidiknya dalam ruang lingkup Tarbiyah Islamiyah yang
menyeluruh terhadap kepribadiannya. Disana ia mengenal Tarbiyah Islamiyah yang
begitu kental. Memahami hakikat seorang muslim hidup di dunia ini dengan
sebaik-baiknya. Selain itu, disana adalah tempat tonggak utama awal impian
besar dirinya. Impian besar untuk bisa menjadi seorang Hafizh Al Quran. Dan
benar saja. Lulus dari ma’had tersebut ia berhasil menyelesaikan hafalan Al
Quran 13 juz. Dan ia bertekad sebelum kuliah nanti ia bisa menyelesaikan 30
juz. Harapannya membuka kesempatan lebih besar untuk mendapatkan seorang
pendamping hidup yang juga Hafizhah.
Begitulah sekilas tentang 16 tahun
kebelakang kehidupannya. Saat ini ia
menjadi salah seorang siswa MAN Insan Cendekia Serpong. Harapannya, ia
menginginkan mendapatkan kembali apa-apa yang sebelumnya ia inginkan dan
membawa perubahan baru yang bermanfaat bagi Insan Cendekia dalam kebaikan yang
berkesinambungan. Ia harus terus bergerak untuk menjadi teladan yang
sesungguhnya bagi teman-teman seperjuangannya. Khususnya menjadi lokomotif
untuk mengantar kesuksesan ke-5 adik-adiknya.
Pembuktian tersebut akhirnya sedikit demi
sedikit terealisasikan. Hampir dua tahun ia menginjakkan kaki di MAN Insan
Cendekia Serpong. Banyak hal yang telah ia lewati dan dapatkan. Beberapa kali
ia mengikuti perlombaan. Baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dalam
bidang akademik Allah SWT masih memperkenankan dirinya untuk tetap bergelut di
bidang studi biologi. Dan segala puji bagi-Nya, ia berhasil meraih banyak
prestasi yang membanggakan MAN Insan Cendekia Serpong. Prestasi paling
bergengsi yang ia dapatkan sampai saat ini adalah mendapatkan medali perak
Kompetisi Sains Madrasah di Bandung bulan Juli 2012. Semoga hal tersebut
menjadi batu loncatan bagi dirinya untuk
mendapatkan prestasi di ajang yang yang lebih bergengsi, yaitu Olimpiade Sains
Nasional. Bahkan dapat mencapai International Biology Olympiad.
Dalam bidang non-akademik beberapa kali ia
meraih penghargaan. Salah satunya adalah Juara 1 Lomba Esai Festival Ilmuwan
Muslim Tingkat Nasional Bulan Oktober 2012. Selain itu ia juga turut
berpartisipasi dalam Parlemen Remaja 2012 yang memberikannya banyak pengalaman
dan membuka wacananya lebih luas tentang realita kehidupan.
Dalam hal keorganisasian, ia memiliki
peran yang sangat aktif sejak berada di pondok pesantren. Mulai dari menjadi Pioneer,
Steering Committee, Organizing Committee, Formatur Team, Supervisor hingga
anggota ataupun koordinator di berbagai organisasi. Sudah sejak di
pondok ia telah menjadi anggota Forum Lingkar Pena, Ketua Angkatan resmi selama
2 tahun, dan panitia di berbagai acara-acara besar. Di Insan Cendekia ia menjadi
pioneer pembentukan Forum Limgkar Pena ranting Insan Cendekia. Sehingga
menjadikan dirinya ketua umum angkatan ke-1 FLP Insan Cendekia. Selain itu ia
pernah menjadi anggota dan sekarang menjadi koordinator Divisi Iman dan Taqwa
OSIS. Dalam organisasi yang berhubungan dengan masyarakat luar, ia menjadi
ketua 1 atau koordinator umum wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan Forum
Parlemen Remaja Indonesia. Sampai saat ini pun ia menjadi anggota di Kesatuan
Aksi Remaja Islam Bogor. Dalam hal kepanitian suatu acara di Insan Cendekia, ia
sudah melalang buana mendapatkan banyak pengalaman di semua seksi yang ada.
Maka tak heran ia bisa dikatakan memiliki frekuensi tinggi mengenai
keorganisasian. Ia masih memiliki banyak proyek berhubungan dengan keorganisasian
yang sampai saat ini belum terealisasikan.
Bermain sepak bola adalah hobinya. Baginya,
membaca dan menulis adalah suatu kebutuhan. Sehingga ia tidak memasukkan
keduanya menjadi salah satu hobi.
Bermula ketika kedua orangtuanya melihat coretan-coretan tulisannya dan
kemudian memujinya. Maka sejak saat itu ia terus membaca dan melahap semua buku
yang bisa ia dapatkan. Serta selalu aktif menulis. Terbukti dengan menjadi
salah satu kontributor tetap di situs dakwatuna sejak kelas 8. Ia memiliki
impian besar untuk dapat menjadi penulis produktif. Untuk mencerahkan
masyarakat.
Untuk
mengetahui lebih detail lagi informasi tentangnya, dipersilahkan menemuinya
secara langsung dengan wajah yang tersenyum ceria. Karena ia menyukai
orang-orang yang murah senyum dan bersahabat tanpa ada bahasa kotor yang
dikeluarkan. Itulah sekelumit kisah tentang kehidupannya. Semoga dengan begitu
engkau dapat berani untuk menjumpainya dalam dekapan ukhuwah.
waaah.. subhanallah ya... ternyata emang Wali sudah hebat dari kecilnya :) .. dan pasti terlahir dari orang tua yang hebat pula ..:)
BalasHapusSemangat Berkreasi !!!!!! Semoga impianmu tercapai... amiiinn..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussejak november lalu sudah ana buka...
BalasHapushaha belum ada yang baru...
Barakallahufiik...^^
17tahun dala hijriyah telah terlewati...